Jumat, 11 November 2016

Pilihan Puisi untuk Baca Puisi SEMANSA 4

PILIHAN PUISI (baca Puisi)

1.       Tuhan Aku Mau Bertanya                                    karya Sinar Hadi
2.       Dari seorang guru kepada muridnya                   karya Hartoyo Andangjaya
3.       Bagaimana Kalau                                                 karya Taufik Ismail
4.       Peringatan                                                             karya Wiji Tukul
5.     Selamat pagi Indonesia                                          karya Sapardi Djoko Damono
6.       Karawang Bekasi                                                  karya Chairil Anwar
7.       Pahlawan tak dikenal                                            karya Toto Sudarto Bachtiar
8.       Indonesia, Aku Masih tetap mencintaimu            karya Ahmadun Yosi Herfanda
9.       Lagu dalam hujan                                                   karya Abdul Hadi W. M.
10.  Negeriku                                                                       karya Mustofa Bisri












1
TUHAN AKU MAU BERTANYA
Karya : Sinar Hadi


Tuhan aku mau bertanya
Profesi mana yang lebih dihargai
guru atau dokter?
Tugas mana yang lebih mulia
guru atau tentara?
Kedudukan mana yang lebih tinggi
guru atau  anggota DPR?
Jabatan mana yang lebih dihormati
guru atau  menteri?
Tanggung jawab mana yang lebih berat
guru atau presiden?

Kalau profesi guru yang lebih dihargai
kalau tugas guru yang lebih mulia
kalau kedudukan guru yang lebih tinggi
kalau jabatan guru yng lebih dihormati
kalau tanggung jawab guru yang lebih berat
Mengapa kau biarkan mereka menempatkan aku dalam saku baju,
dalam plastik kresek, dalam bingkisan kado, dalam lingkaran cincin emas,
dalam ikatan jam di tangan, dalam amplop perjanjian naik kelas,
dalam sebungkus nasi padang, dalam sebungkus gudang garam atau jarum filter

Mengapa Kau biarkan mereka
mendorong aku ke bibir sumur kegelapan
dalam kegelisahan terdalam selama perjalanan waktu menuntut
Tuhan aku mau bertanya
sampai dimana aku Kau bawa pada batas waktu-Mu?



2
DARI SEORANG GURU KEPADA MURIDNYA
Karya : Hartoyo Andangjaya

Adakah yang ku punya anak-anaku
selain buku-buku dan sedikit ilmu
sumber pengabdianku kepadamu
kalau hari minggu kau datang kerumahku
aku takut, anak-anaku
kursi-kursi tua yang di sana
dan meja tulis sederhana
dan jendela-jendela yang tak pernah di ganti kainnya
semua padamu akan bercerita
tentang hidupku di rumah tangga
ah, tentang ini tak pernah aku bercerita
depan kelas, sedang menatap wajah-wajahmu remaja
horison yang selalu biru bagiku
karena ku tahu anak-anaku
engkau terlalu muda
engkau terlalu bersih dari dosa
utuk mengenal ini semua




3
BAGAIMANA KALAU
Karya : Taufik Ismail

Bagaimana kalau dulu bukan khuldi yang dimakan Adam,
tapi buah alpukat,
Bagaimana kalau bumi bukan bulat
tapi segi empat,
Bagaimana kalau lagu Indonesia Raya kita rubah, dan kepada Koes Plus kita beri mandat,

Bagaimana kalau ibukota Amerika Hanoi, dan ibukota Indonesia Monaco,
Bagaimana kalau malam nanti jam sebelas, salju turun di Gunung Sahari,
Bagaimana kalau bisa dibuktikan bahwa Ali Murtopo, Ali Sadikin
dan Ali Wardhana ternyata pengarang-pengarang lagu pop,
Bagaimana kalau hutang-hutang Indonesia dibayar dengan pementasan Rendra,

Bagaimana kalau segala yang kita angankan terjadi,
dan segala yang terjadi pernah kita rancangkan,
Bagaimana kalau akustik dunia jadi sedemikian sempurnanya
sehingga di kamar tidur kau dengar deru bom Vietnam,
gemersik sejuta kaki pengungsi, gemuruh banjir
dan gempa bumi serta suara-suara
percintaan anak muda, juga bunyi industri presisi dan margasatwa Afrika,



Bagaimana kalau pemerintah diizinkan protes dan rakyat kecil mempertimbangkan protes itu,
Bagaimana kalau kesenian dihentikan saja sampai di sini
dan kita pelihara ternak sebagai pengganti
Bagaimana kalau sampai waktunya kita tidak perlu bertanya bagaimana lagi.

1971




4
PERINGATAN
Karya :Wiji Tukul

Jika rakyat pergi
Ketika penguasa pidato
Kita harus hati-hati
Barangkali mereka putus asa.

Kalau rakyat bersembunyi
Dan berbisik-bisik
Ketika membicarakan masalahnya sendiri
Penguasa harus waspada dan belajar mendengar.

Bila rakyat berani mengeluh
Itu artinya sudah gawat
Dan bila omongan penguasa
Tidak boleh dibantah
Kebenaran pasti terancam.

Apabila usul ditolak tanpa ditimbang
Suara dibungkam kritik dilarang tanpa alasan
Dituduh subversif dan mengganggu keamanan
Maka hanya ada satu kata: lawan!
(Wiji Thukul, 1986)

5
SELAMAT PAGI INDONESIA
Karya: Sapardi Djoko Damono

Selamat pagi, Indonesia, seekor burung mungil mengangguk
dan menyanyi kecil buatmu.
aku pun sudah selesai, tinggal mengenakan sepatu,
dan kemudian pergi untuk mewujudkan setiaku padamu dalam
kerja yang sederhana;
bibirku tak biasa mengucapkan kata-kata yang sukar dan
tanganku terlalu kurus untuk mengacu terkepal.
selalu kujumpai kau di wajah anak-anak sekolah,
di mata para perempuan yang sabar,
di telapak tangan yang membatu para pekerja jalanan;
kami telah bersahabat dengan kenyataan
untuk diam-diam mencintaimu.
pada suatu hari tentu kukerjakan sesuatu
agar tak sia-sia kau melahirkanku.
seekor ayam jantan menegak, dan menjeritkan salam
padamu, kubayangkan sehelai bendera berkibar di sayapnya.
aku pun pergi bekerja, menaklukan kejemuan,
merubuhkan kesangsian,
dan menyusun batu-demi batu ketabahan, benteng
kemerdekaanmu pada setiap matahari terbit, o anak jaman
yang megah,
biarkan aku memandang ke Timur untuk mengenangmu
wajah-wajah yang penuh anak-anak sekolah berkilat,
para perepuan menyalakan api,
dan di telapak tangan para lelaki yang tabah
telah hancur kristal-kristal dusta, khianat dan pura-pura.
















6

KARAWANG BEKASI

Karya Chairil Anwar

Kami yang kini terbaring antara Karawang-Bekasi
Tidak bisa teriak "Merdeka" dan angkat senjata lagi
Tapi siapakah yang tidak lagi mendengar deru kami
Terbayang kami maju dan berdegap hati?
Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak
Kami mati muda. Yang tinggal tulang diliputi debu
Kenang, kenanglah kami
Kami sudah coba apa yang kami bisa
Tapi kerja belum selesai, belum apa-apa
Kami sudah beri kami punya jiwa
Kerja belum selesai, belum bisa memperhitungkan arti 4-5 ribu jiwa
Kami cuma tulang-tulang berserakan
Tapi adalah kepunyaanmu
Kaulah lagi yang tentukan nilai tulang-tulang berserakan
Ataukah jiwa kami melayang untuk kemerdekaan, kemenangan dan harapan
Atau tidak untuk apa-apa
Kami tidak tahu, kami tidak bisa lagi berkata
Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak
Kenang-kenanglah kami
Menjaga Bung Karno
Menjaga Bung Hatta
Menjaga Bung Syahrir
Kami sekarang mayat
Berilah kami arti
Berjagalah terus di garis batas pernyataan dan impian
Kenang-kenanglah kami
Yang tinggal tulang-tulang diliputi debu
Beribu kami terbaring antara Karawang-Bekasi















7
PAHLAWAN TAK DIKENAL
karya :Toto Sudarto Bachtiar

Sepuluh tahun yang lalu dia terbaring
Tetapi bukan tidur, sayang
Sebuah lubang peluru bundar di dadanya
Senyum bekunya mau berkata, kita sedang perang

Dia tidak ingat bilamana dia datang
Kedua lengannya memeluk senapang
Dia tidak tahu untuk siapa dia datang
Kemudian dia terbaring, tapi bukan tidur sayang

wajah sunyi setengah tengadah
Menangkap sepi padang senja
Dunia tambah beku di tengah derap dan suara merdu
Dia masih sangat muda

Hari itu 10 November, hujan pun mulai turun
Orang-orang ingin kembali memandangnya
Sambil merangkai karangan bunga
Tapi yang nampak, wajah-wajahnya sendiri yang tak dikenalnya

Sepuluh tahun yang lalu dia terbaring
Tetapi bukan tidur, sayang
Sebuah peluru bundar di dadanya
Senyum bekunya mau berkata : aku sangat muda.




















9
LAGU DALAM HUJAN
Karya: Abdul Hadi W.M

Merdunya dan merdunya
Suara hujan
Gempita pohon-pohonan
Menerima serakan
Sayap-sayap burung

Merdunya dan merdunya
Seakan busukan akar pohonan
Menggema dan segar kembali
Seakan busukan daungladiola
Menyanyi dalam langsai-langsai pelangi biru
Memintas-mintas cuaca

Merdunya dan merdunya
Nasib yang bergerak
Jiwa yang bertempur
Gempita bumi
Menerima hembusan
Sayap-sayap kata

Ya, seakan merdunya suara hujan
Yang telah menjadi kebiasaan alam
Bergerak atau bergolak dan bangkit
Berubah dan berpindah dalam pendaran warna-warni
Melintas dan melewat dalam dingin dan panas


Merdunya dan merdunya
Merdu yang tiada bosan-bosannya
Melulung dan tiada kembali
Seakan-akan memijar api

















10
NEGERIKU
Karya: Mustofa Bisri

mana ada negeri sesubur negeriku?
sawahnya tak hanya menumbuhkan padi, tebu, dan jagung
tapi juga pabrik, tempat rekreasi, dan gedung
perabot-perabot orang kaya didunia
dan burung-burung indah piaraan mereka
berasal dari hutanku
ikan-ikan pilihan yang mereka santap
bermula dari lautku
emas dan perak perhiasan mereka
digali dari tambangku
air bersih yang mereka minum
bersumber dari keringatku
mana ada negeri sekaya negeriku?
majikan-majikan bangsaku
memiliki buruh-buruh mancanegara
brankas-brankas ternama di mana-mana
menyimpan harta-hartaku
negeriku menumbuhkan konglomerat
dan mengikis habis kaum melarat
rata-rata pemimpin negeriku
dan handai taulannya
terkaya di dunia
mana ada negeri semakmur negeriku
penganggur-penganggur diberi perumahan
gaji dan pensiun setiap bulan
rakyat-rakyat kecil menyumbang
negara tanpa imbalan
rampok-rampok dib
eri rekomendasi
dengan kop sakti instansi
maling-maling diberi konsesi
tikus dan kucing
dengan asyik berkolusi


1 komentar:

  1. Masukkan komentar Anda...pengumuman yang masuk final puisi donk bang/pak

    BalasHapus